ABSTRACT
Kartikasari, Ratna Dewi. 2011. Naming of People on Interdecade in City of Madiun: Study of Semantics. Tesis. State University of Surabaya, Postgraduate Program, The Study Program of Language and Literature Education. 1st advisor is Dr. Suhartono, M.Pd., and 2nd advisor is Prof. II. Dr. Kisyani Laksono, M. Hum.
Key words: naming, the meaning of the name, name’s reference, trend of change of name, semantics.
Research under the title of Naming of People on Interdecade in City of Madiun: Study of Semantics is giving the meaning of name for residents of Bangunsari village, district of Dolopo, city of Madiun who was born in the period of the years 1960s, 1970s, 1980s, 1990s, and 2000s. Through the intergenerational objects, researcher wants to know the trend of change of name in each period. In addition, researcher also wants to know the naming, the meaning of the name, and the name’s reference of the residents in each period.
Having a name is an honor. There are many things led to give a name. The relationship between words in a name has a connection in the meaning of name, and relationships between words in a name with an object outside of the language will construct the meaning of the name.
There are four objectives of this research which are to describe the naming, derive the meaning name, define the name’s reference, and describe the trend of change of name of interdecade people in the period of the years 1960s, 1970s, 1080's, 1990s, and 2000s in Bangunsari village, district of Dolopo, city of Madiun.
This research is a form of qualitative research because the data is available on the written sources. The source of data used in this study comes from a legal document from local government consisting the name of citizens who reside in the Bangunsari village, district of Dolopo, city of Madiun, East Java, who was born in the period of the years 1960s, 1970s, 1980s, 1990s, and 2000s.
The analysis results in the fact that the majority of given name refers to the time when the baby born, people who contributed well in the birth process, and the surname, either come from father or mother’s name, or combination on father and mother’s name. Beside that, some associate it to the date/month/year/day of birth, the order of birth whether he/she is the first, second or third child and so on, such that they were named Eko or Eka (for first child), Dwi (for second child), and Tri (for third child), and also the identity of their religious affiliations or other reasons.
Investigation on the site show that the parents in giving a name to their children, in the period of 1960s, 1970s, 1980s, 1990s, and 2000s, has different way of it. Some of them combine between Java or Indonesia with foreign languages such as Arabic, Sanskrit, English, and so on.
The first analysis focused on the process of establishing a person’s name. Process of naming can occur with influence of many references and consideration from their parents and other family member. The second focus emphasized on the analysis of names based on the result of interview, then compare the meaning of the names obtained from either a dictionary or books. The meaning of these names is associated to the theory of meaning, acronym, and relationships of meaning in Semantics. The third focus, based on the interview, analyzed the reference from which parents or other family members give a name to their children or relatives. The reference in naming process of Bangunsari village residents, district of Dolopo, city of Madiun reflects to their day and date of birth, month of birth, year of birth, puppet figures, religion, and so on.
The results of the last analysis focused on the trends of change of name, which describes that in each period of years, names have its specific characteristics. In the period of 1960s, the name of the people consists of only one-word names, such as Rasi and Sunardi. While in the period of 1970s, the people have two-word names, for example Gatot Widodo. In the period of 1980s, some of them have a name consisting of two or three-word names with better combination and more varying, e.g. Ria Widyaningsih or Leli Dwi Astuti. But in the period of 1990s, people start to have a long name either two or three or four-words names, such as Nanda Dora Satria Nugraha and Mado Widya Pratama. In this period a name has more reference than those in the previous periods. In the period of 2000s, there are many names which are reflecting to Arabic language, such as Atikah Zahra Ratifa, and so on.
Minggu, 15 April 2012
Jumat, 02 Januari 2009
Tahun Baru 1430 dan 2009
Selamat pada kita semua karena dapat melalui tahun lalu hingga menuju tahun baru Hijriah dan Masehi. Satu tahun telah berlalu. Suka, duka, tangis, dan tawa telah mewarnai hari-hari kita. Semua itu kita lalui dengan penuh perasanaan dan pertimbangan, tentunya. Hidup terus berjalan, baik itu pahit ataupun manis. Baik itu terang maupun gelap. Sebagai makhluk penghuni bumi ini, kita 'wjib' introspeksi diri, apa yang harus kita ubah atau dipertahankan di tahun baru. Tentunya, tahun baru, apa-apanya mesti baru. Tapi ingat, baru di sini bukanlah baru dalam hal yang negatif, tetapi hal yang positif. So, sebagai makhluk yang tau dibekali ilmu, pengetahuan, akal, pikiran, dan juga iman, kita mesti berguna.
Bicara masalah berguna, di sini saya tegaskan bahwa berguna bukan hanya untuk diri sendiri tapi berguna bagi orang lain. Artinya, kita mesti perbaiki diri bagaimana agar kita dapat menggunakan sesuatu dengan tepat dan benar. Berguna bagi diri sendiri, yaitu mampu mengontrol, mengoreksi, mengatur, diri kita pribadi dalam urusan pribadi kita. Dalam Alquran disebutkan, "Allah tidak akan mengubah nasib kaum apabila kaum itu tidak mau mengubah nasibnya sendiri." So, tau sendiri kan, apa yang mesti kita lakukan? Berguna bagi orang lain atau makhluk lain ialah kita dapat membantu pihak lain meski itu sangatlah sedikit atau kecil. Dan bukannya merugikan orang lain atau pihak lain.
Dengan niat yang tulus, ikhlas, sungguh-sungguh, serta keyakinan, perubahan akan terjadi pada kita. Baik itu perubahan ke yang positif ataupun negatif. So, semua bergantung paka diri kita sendiri. Apa yang kita lakukan adalah hasil dari pemikiran kita.
SELAMAT TAHUN BARU 2009 DAN TAHUN BARU 1430.
SEMOGA SUKSES SELALU!!!
oleh: Ratna D. Kartikasari
Bicara masalah berguna, di sini saya tegaskan bahwa berguna bukan hanya untuk diri sendiri tapi berguna bagi orang lain. Artinya, kita mesti perbaiki diri bagaimana agar kita dapat menggunakan sesuatu dengan tepat dan benar. Berguna bagi diri sendiri, yaitu mampu mengontrol, mengoreksi, mengatur, diri kita pribadi dalam urusan pribadi kita. Dalam Alquran disebutkan, "Allah tidak akan mengubah nasib kaum apabila kaum itu tidak mau mengubah nasibnya sendiri." So, tau sendiri kan, apa yang mesti kita lakukan? Berguna bagi orang lain atau makhluk lain ialah kita dapat membantu pihak lain meski itu sangatlah sedikit atau kecil. Dan bukannya merugikan orang lain atau pihak lain.
Dengan niat yang tulus, ikhlas, sungguh-sungguh, serta keyakinan, perubahan akan terjadi pada kita. Baik itu perubahan ke yang positif ataupun negatif. So, semua bergantung paka diri kita sendiri. Apa yang kita lakukan adalah hasil dari pemikiran kita.
SELAMAT TAHUN BARU 2009 DAN TAHUN BARU 1430.
SEMOGA SUKSES SELALU!!!
oleh: Ratna D. Kartikasari
Sabtu, 20 September 2008
Tragedi Zakat Pasuruan
Tragedi Pasuruan yang Menyedihkan
Oleh: Ratna D. Kartikasari
Sangat disayangkan sekali nyawa melayang begitu saja demi mendapatkan sesuap nasi untuk menghidupi keluarga. Itulah istilah yang patut diberikan bagi para korban tragedi Pasuruan yang menyedihkan bagi umat Islam khususnya. Menyedihkan dan patut dijadikan pelajaran bagi kita semua. Tragedi yang menimpa puluhan orang yang terjadi di Pasuruan Jawa Timur beberapa hari yang lalu seharusnya tidak terjadi apabila kita memperhatikan dan memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan massa yang tidak sedikit. Namun, siapa sangka tragedi yang menyedihkan itu terjadi. Wallahu A’lam.
Beberapa media masa telah mengabarkan tragedi ini. Dari hari pertama kejadian, Senin (15/09) sampai hari ini masih memberitakan musibah tersebut. Awalnya, seorang muslim yang memiliki harta lebih memiliki tradisi membagikan zakat mal secara langsung tanpa melalui badan pembagi zakat. Sejak tahun-tahun sebelumnya, kegiatan pembagian zakat yang dilakukan tiap hari ke-15 puasa Ramadan tersebut berlangsung dengan sukses. Namun, tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada satu pun orang mengira musibah atas kelalaian seseorang ini akan terjadi. Sebanyak 21 orang meninggal dunia baik di tempat kejadian maupun di RSUD dr R Soedarsono, ada 13 korban luka-luka.
Diawali dari niat baik keluarga Haji Shoikon yang bertempat tinggal di gang Pepaya, Jalan dr Wahidin, Kel. Purutrejo, Kec. Purworwjo, Pasuruan ini. Haji Shoikon merencanakan membagikan zakat secara langsung kepada ibu-ibu yang kurang mampu yang mana masing-masing akan mendapatkan Rp 30.000,-. Namun, melihat massa yang begitu banyak, menjadikan pengurangan zakat dari Rp 30.000,- menjadi Rp 20.000.-. Hal tersebut tak menjadi masalah bagi para ibu yang sudah antre sejak pagi, bahkan sejak setelah sahur.
Melihat berita-berita yang telah booming, terlihat bahwa tragedi ini terjadi karena kelalaian dari keluarga Haji Shoikon dan panitia yang ditugasi membagikan zakat. Seharusnya, setelah ada orang yang tahu atau panitia tahu ada korban pingsan atau bahkan ada yang meninggal, seharusnya pembagian zakat itu dihentikan dan dilanjutkan lain waktu. Namun, bukannya menghentikan malah panitia pembagi zakat tidak menghiraukan. Seharusnya, sebagai umat muslim bahkan sudah menyandang ’gelar haji atau hajjah’, seharusnya tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Memang niat mereka sangat baik dalam berzakat, tapi melihat kondisi massa yang dinjak-injak, pingsan, berjatuhan, sesak napas, seharusnya mereka prihatin. Tapi, mereka tetap melanjutkan pembagian zakat yang sebenarnya tidak sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan. Bahkan, wartawan yang meliput pun ikut membantu korban yang berjatuhan.
Ketidakpedulian panitia dan kekurangmaksimalan koordinasi dalam pembagian zakat ini merupakan hal yang patut disorot dalam tragedi ini. Panitia tidak melibatkan aparat keamanan setempat untuk membantu pengamanan. Panitia hanya mengerahkan orang-orang yang mungkin juga belum berpengalaman dalam menangani massa yang banyak. Bahkan, pembagi zakat pun dilakukan oleh keluarga sendiri. Tidak tahu bagaimana cara yang dilakukan tahun-tahun sebelumnya, seharusnya keluarga Haji Shoikon sudah mampu dan tahu dampak dari aksinya yang membagikan zakat secara langsung tanpa bantuan amil, apalagi kegiatan ini dilakukan tiap tahun. Putusan aparat yang mengamankan keluarga Haji Shoikon merupakan keputusan yang tepat. Memang, mereka berniat baik untuk berzakat, tapi cara dan kelalaian merekalah yang tidak baik. Melihat masalah ini, pemkot Pasuruan pun memberikan santunan sebesar satu juta pada korban yang meninggal. Memang, hal ini sudah merupakan bukti kepedulian pemkot terhadap masalah yang dihadapi warganya. Tapi, mereka harus lebih tegas dan memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan massa, apalagi berhubungan dengan perekonomian. Ibaratnya, konser musik aja bisa memakan korban, apalagi pembagian harta.
Beberapa ulama maupun masyarakat pemerhati mengatakan bahwa tidak ada larangan membagikan zakat secara langsung tanpa melalui amil, tapi ada baiknya apabila pembagian zakat itu dipercayakan pada amil. Kalau memang takut nantinya disalahartikan, ya itu sudah di luar niat kita. Yang penting, kita sudah niat ikhlas untuk berzakat. Selain itu, menurut beberapa orang bahwa zakat mal yang baik adalah apabila diberikan langsung kepada pihak yang berhak menerima. Selain mengetahui secara langsung kemampuan ekonominya yang kurang, juga dapat mempererat silaturahim. Sebagai umat muslim kita dianjurkan untuk menyambung tali silaturahim, terutama sesama umat muslim. Tidak sedikit orang yang tahu bahwa yang namanya zakat mal sebaiknya diberikan langsung kepada orang yang membutuhkan, mendatangi rumahnya, bukannya secara massal. Memang, tidak ada salahnya membagikan zakat secara masal, tapi perlu koordinasi yang jelas, jangan asal
Ketidakpedulian ibu-ibu terhadap kondisinya yang harus berdesak-desakan dengan ribuan orang ini disebabkan keinginan mereka untuk mendapatkan zakat yang sebenarnya tidak terlalu besar. Bayangkan, mereka rela antre sejak pagi, rela berdesak-desakan, rela meluangkan waktu hanya demi mendapatkan zakat Rp 30.000,-. Inilah gambaran masyarakat kita yang kurang mampu. Masih begitu banyak warga yang ekonominya lemah. Sungguh sangat memprihatinkan dan menyedihkan. Nyawa melayang begitu saja karena keteledoran seseorang.
Oleh: Ratna D. Kartikasari
Sangat disayangkan sekali nyawa melayang begitu saja demi mendapatkan sesuap nasi untuk menghidupi keluarga. Itulah istilah yang patut diberikan bagi para korban tragedi Pasuruan yang menyedihkan bagi umat Islam khususnya. Menyedihkan dan patut dijadikan pelajaran bagi kita semua. Tragedi yang menimpa puluhan orang yang terjadi di Pasuruan Jawa Timur beberapa hari yang lalu seharusnya tidak terjadi apabila kita memperhatikan dan memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan massa yang tidak sedikit. Namun, siapa sangka tragedi yang menyedihkan itu terjadi. Wallahu A’lam.
Beberapa media masa telah mengabarkan tragedi ini. Dari hari pertama kejadian, Senin (15/09) sampai hari ini masih memberitakan musibah tersebut. Awalnya, seorang muslim yang memiliki harta lebih memiliki tradisi membagikan zakat mal secara langsung tanpa melalui badan pembagi zakat. Sejak tahun-tahun sebelumnya, kegiatan pembagian zakat yang dilakukan tiap hari ke-15 puasa Ramadan tersebut berlangsung dengan sukses. Namun, tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada satu pun orang mengira musibah atas kelalaian seseorang ini akan terjadi. Sebanyak 21 orang meninggal dunia baik di tempat kejadian maupun di RSUD dr R Soedarsono, ada 13 korban luka-luka.
Diawali dari niat baik keluarga Haji Shoikon yang bertempat tinggal di gang Pepaya, Jalan dr Wahidin, Kel. Purutrejo, Kec. Purworwjo, Pasuruan ini. Haji Shoikon merencanakan membagikan zakat secara langsung kepada ibu-ibu yang kurang mampu yang mana masing-masing akan mendapatkan Rp 30.000,-. Namun, melihat massa yang begitu banyak, menjadikan pengurangan zakat dari Rp 30.000,- menjadi Rp 20.000.-. Hal tersebut tak menjadi masalah bagi para ibu yang sudah antre sejak pagi, bahkan sejak setelah sahur.
Melihat berita-berita yang telah booming, terlihat bahwa tragedi ini terjadi karena kelalaian dari keluarga Haji Shoikon dan panitia yang ditugasi membagikan zakat. Seharusnya, setelah ada orang yang tahu atau panitia tahu ada korban pingsan atau bahkan ada yang meninggal, seharusnya pembagian zakat itu dihentikan dan dilanjutkan lain waktu. Namun, bukannya menghentikan malah panitia pembagi zakat tidak menghiraukan. Seharusnya, sebagai umat muslim bahkan sudah menyandang ’gelar haji atau hajjah’, seharusnya tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Memang niat mereka sangat baik dalam berzakat, tapi melihat kondisi massa yang dinjak-injak, pingsan, berjatuhan, sesak napas, seharusnya mereka prihatin. Tapi, mereka tetap melanjutkan pembagian zakat yang sebenarnya tidak sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan. Bahkan, wartawan yang meliput pun ikut membantu korban yang berjatuhan.
Ketidakpedulian panitia dan kekurangmaksimalan koordinasi dalam pembagian zakat ini merupakan hal yang patut disorot dalam tragedi ini. Panitia tidak melibatkan aparat keamanan setempat untuk membantu pengamanan. Panitia hanya mengerahkan orang-orang yang mungkin juga belum berpengalaman dalam menangani massa yang banyak. Bahkan, pembagi zakat pun dilakukan oleh keluarga sendiri. Tidak tahu bagaimana cara yang dilakukan tahun-tahun sebelumnya, seharusnya keluarga Haji Shoikon sudah mampu dan tahu dampak dari aksinya yang membagikan zakat secara langsung tanpa bantuan amil, apalagi kegiatan ini dilakukan tiap tahun. Putusan aparat yang mengamankan keluarga Haji Shoikon merupakan keputusan yang tepat. Memang, mereka berniat baik untuk berzakat, tapi cara dan kelalaian merekalah yang tidak baik. Melihat masalah ini, pemkot Pasuruan pun memberikan santunan sebesar satu juta pada korban yang meninggal. Memang, hal ini sudah merupakan bukti kepedulian pemkot terhadap masalah yang dihadapi warganya. Tapi, mereka harus lebih tegas dan memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan massa, apalagi berhubungan dengan perekonomian. Ibaratnya, konser musik aja bisa memakan korban, apalagi pembagian harta.
Beberapa ulama maupun masyarakat pemerhati mengatakan bahwa tidak ada larangan membagikan zakat secara langsung tanpa melalui amil, tapi ada baiknya apabila pembagian zakat itu dipercayakan pada amil. Kalau memang takut nantinya disalahartikan, ya itu sudah di luar niat kita. Yang penting, kita sudah niat ikhlas untuk berzakat. Selain itu, menurut beberapa orang bahwa zakat mal yang baik adalah apabila diberikan langsung kepada pihak yang berhak menerima. Selain mengetahui secara langsung kemampuan ekonominya yang kurang, juga dapat mempererat silaturahim. Sebagai umat muslim kita dianjurkan untuk menyambung tali silaturahim, terutama sesama umat muslim. Tidak sedikit orang yang tahu bahwa yang namanya zakat mal sebaiknya diberikan langsung kepada orang yang membutuhkan, mendatangi rumahnya, bukannya secara massal. Memang, tidak ada salahnya membagikan zakat secara masal, tapi perlu koordinasi yang jelas, jangan asal
Ketidakpedulian ibu-ibu terhadap kondisinya yang harus berdesak-desakan dengan ribuan orang ini disebabkan keinginan mereka untuk mendapatkan zakat yang sebenarnya tidak terlalu besar. Bayangkan, mereka rela antre sejak pagi, rela berdesak-desakan, rela meluangkan waktu hanya demi mendapatkan zakat Rp 30.000,-. Inilah gambaran masyarakat kita yang kurang mampu. Masih begitu banyak warga yang ekonominya lemah. Sungguh sangat memprihatinkan dan menyedihkan. Nyawa melayang begitu saja karena keteledoran seseorang.
Senin, 11 Agustus 2008
PAK SAMPAH, PENYELAMAT LINGKUNGAN
Ada banyak sosok yang berjasa pada bangsa kita. Banyak orang kurang merasakan adanya soosk-sosok yang berjasa tersebut. Salah satu orang yang sangat berjasa bagi negara kita ialah Pak Sampah. Pak Sampah atau orang yang bekerja mengurus sampah merupakan orang yang begitu mulia. Dalam kenyataannya banyak orang yang kurang mempedulikan kotoran (sampah). Mereka bahkan ada yang membuangnya di sembarang tempat. Karena perbuatan mereka yang semena-mena mengakibatkan lingkungan kita menjadi kotor, bau, tidak sehat, dan menyebabkan terjadinya bencana yaitu banjir.
Pak Sampah tidak hanya mengurus sampah yang sedikit, tetapi beliau rajin sekali untuk mengambil sampah-sampah di tiap-tiap rumah. Pak Sampah tersebut yang mengurus sampah di kawasan Lidah Wetan. Biasanya sampah di tiap rumah warga tersebut diambil dua hari sekali. Mereka juga setia menunggu pemilik rumah untuk mengelurkan sampahnya dan diangkut oleh mereka yang sudah siap dengan gerobaknya. Seperti hari ini, tepatnya pagi ini tanggal 29 November 2007. Pak Sampah melakukan tugasnya untuk mengangkut sampah di tiap-tiap rumah.
Pak Sampah begitu gigih dengan pekerjaannya sebagai tukang sampah. Meskipun hal tersebut terkadang dipandnag pekerjaan yang menjijikkan karena berhubungan dengan hal yang kotor, namun mereka menjalankannya dengan baik. Ketika semua orang sibuk bekerja dengan hal-hal yang baik-baik, seperti kerja di kantor, sekolah, berdagang, dan lain-lain, tetapi Pak Sampah juga sibuk mengurus pekerjaannya mengangkut sampah. Mereka menganggap dengan bekerja seperti itu, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya meskipun tidak sebanyak orang yang bekerja dikantor atau berdagang. Untuk membantu mereka, maka sebaiknya kita jaga lingkungan kita dengan baik. Buang sampah pada tempatnya dan budayakan hidup sehat.OKE!
Ada banyak sosok yang berjasa pada bangsa kita. Banyak orang kurang merasakan adanya soosk-sosok yang berjasa tersebut. Salah satu orang yang sangat berjasa bagi negara kita ialah Pak Sampah. Pak Sampah atau orang yang bekerja mengurus sampah merupakan orang yang begitu mulia. Dalam kenyataannya banyak orang yang kurang mempedulikan kotoran (sampah). Mereka bahkan ada yang membuangnya di sembarang tempat. Karena perbuatan mereka yang semena-mena mengakibatkan lingkungan kita menjadi kotor, bau, tidak sehat, dan menyebabkan terjadinya bencana yaitu banjir.
Pak Sampah tidak hanya mengurus sampah yang sedikit, tetapi beliau rajin sekali untuk mengambil sampah-sampah di tiap-tiap rumah. Pak Sampah tersebut yang mengurus sampah di kawasan Lidah Wetan. Biasanya sampah di tiap rumah warga tersebut diambil dua hari sekali. Mereka juga setia menunggu pemilik rumah untuk mengelurkan sampahnya dan diangkut oleh mereka yang sudah siap dengan gerobaknya. Seperti hari ini, tepatnya pagi ini tanggal 29 November 2007. Pak Sampah melakukan tugasnya untuk mengangkut sampah di tiap-tiap rumah.
Pak Sampah begitu gigih dengan pekerjaannya sebagai tukang sampah. Meskipun hal tersebut terkadang dipandnag pekerjaan yang menjijikkan karena berhubungan dengan hal yang kotor, namun mereka menjalankannya dengan baik. Ketika semua orang sibuk bekerja dengan hal-hal yang baik-baik, seperti kerja di kantor, sekolah, berdagang, dan lain-lain, tetapi Pak Sampah juga sibuk mengurus pekerjaannya mengangkut sampah. Mereka menganggap dengan bekerja seperti itu, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya meskipun tidak sebanyak orang yang bekerja dikantor atau berdagang. Untuk membantu mereka, maka sebaiknya kita jaga lingkungan kita dengan baik. Buang sampah pada tempatnya dan budayakan hidup sehat.OKE!
CERPEN-ku
KISAH KERAJAAN ROKOK
Sebuah kota terpencil di Indonesia terdapat suatu kerajaan yang membuat orang takluk pada kenikmatan yang diberikan. Ada yang cinta mati padanya. Ada yang berani berkorban apa aja demi dia. Ada yang mau melalukan apa aja untuknya. Sungguh, keberadaannya tak dapat digantikan oleh yang lain apabila sudah melekat di hati. Kerajaan Rokok, itulah namanya.
Kerajaan Rokok ini dipimpim seorang raja yang bernama ARDATH, seorang raja yang hebat. Dia dapat membuat warga untuk memilihnya menjadi Raja yang diagung-agungkan, dijunjung tinggi kehormatannya, dan disenangi oleh orang-orang serta masyarakat umum. Dia mempunyai seorang anak bernama LA. Pangeran LA begitu cakep, funky, dan memikat hati banyak orang. Di mana pun dia berada, pasti orang-orang pada melihatnya dan ingin memilikinya. Bahkan, dia pernah diperebutkan oleh orang karena keindahan yang ada pada dirinya.
Pagi itu ketika sang SURYA muncul, LA bangun dari tidurnya. Dia mandi dengan kehangatan air yang disediakan oleh pegawai kerajaan yang sangat menurut dan hormat padanya. Selesai mandi, dia dipanggil Raja, ARDATH di ruang tengah. Kerjaan Rokok akan mengadakan sidang terhadap seorang prajurit yang telah berkhianat pada Raja ARDATH.
”Hormat Baginda Raja,” sapa LA pada Raja yang tidak lain adalah ayahnya sendiri.
”LA, anakku, ayo duduk di sini, dekat Ayah,” pinta Raja ARDATH.
”Raja, apa sidang sudah akan dimulai? Di mana prajurit yang berkhianat itu?
”Sabar Ananda, dia akan dibawa ke sini oleh prajurit. Mereka masih menjemputnya di sel tahanan, bawah tanah,” jelas Raja sambil duduk di kursi Raja yang megah penuh dengan emas di sekeliling kursi.
Dengan dua prajurit dan tangan diborgol, sang pengkhianat menghadap Baginda Raja.
”Kamu, SEJATI. Kenapa kamu melakukan ini padaku. Rajamu telah membantu keluargamu dari kemiskinan. Apa yang membuatmu hingga berkhianat kepadaku?” bentak Raja pada SEJATI.
”Maaf, Raja. Saya khilaf waktu itu. Saya berjanji nggak akan melakukan perbuatan itu lagi, ampunilah hamba dan jangan sakiti keluarga hamba, wahai Raja,” mohon SEJATI pada Raja.
Oke! LA, bagaimana menurutmu? Apa yang mesti Raja perbuat untuk dia?
”Baginda Raja, menurut Ananda, kita beri dia kesempatan untuk memperbaiki diri. Selama ini dia sudah berbakti pada kerjaan Rokok. Dia hanya mencuri beberapa perhiasan saja untuk menghidupi keluarganya yang sangat rakus. Dia baik tidak seperti keluarganya yang lain,” jelas LA.
”Terus apa yang mesti kita lakukan untuknya?” tanya Raja.
”Kita suruh aja dia ikut LA membagikan bekal ke warga seberang,” tambah LA.
”OK! Cemerlang sekali idemu Ananda,” ungkap Raja.
”SEJATI, besok pagi kamu ikut Pangeran LA untuk membagikan beberapa bekal ke warga. Kamu yang bertanggung jawab atas pembagian bekal ini. Kamu harus berbuat adil,” jelas ARDATH.
’Terima kasih banyak Baginda Raja. Terima kasih Pangeran LA. Untuk menebus kesalahan hamba, hamba akan mengemban amanat Raja dengan baik,” jawab SEJATI.
”Baiklah, sidang selesai. Para prajurit, diharap kembali ke tempat kerja masing-masing,” pinta Pangeran LA.
Keesokan harinya, sebelum sang SURYA muncul, raja menemui pangeran untuk memberikan beberapa pesan yang mesti diingat oleh Pangeran LA.
”Ananda, Baginda mau ngomong, buka pintunya?” panggil Raja.
Maklum, Pangeran kalau tidur nggak mau ditemani oleh siapa-siapa. Bahkan dijaga pengawal pun dia tidak mau. Malah, pengawalnya disuruh tidur di kamarnya masing-masing.
”Pangeran...Pangeran...,” panggil Raja ARDATH sambil mengetuk pintu.
Berkali-kali raja memanggil, tapi tidak ada jawaban darinya. Raja curiga. Pasti ada sesuatu yang sedang terjadi. Baginda membuka pintu kamar LA dengan bantuan beberapa prajurit yang bertugas menjaga pangeran.
Bruk...
”Astaga, Pangeran nggak ada di tempatnya,” ucap raja.
”Prajurit, cepat cari pangeran ke semua lokasi, ruang, lorong kerajaan. Siapa tau pangeran keluar jalan-jalan,” perintah Raja.
”Baik Baginda raja,” jawab beberapa prajurit.
Para prajurit kerajaan mencari pangeran ke semua tempat di kerajaan ini. Namun, mereka tak menemukan pangeran.
”Lapor Baginda, pangeran tidak ketemu. Kami sudah mencarinya ke semua lokasi kerajaan,” lapor prajurit.
”Eh, nanti dulu. Coba kalian lihat SEJATI, apa dia masih di dalam sel tahanan. Jangan-jangan dia yang melakukan hal ini. Dia yang menculik Pangeran,” pinta Raja.
”Siap Baginda,” jawab prajurit.
Setelah dilihat di sel tahanan, ternyata SEJATI masih di dalam sel dan masih tidur nyenyak. Dugaan Raja terhadap SEJATI yang dikira menculik LA tidak dapat dibuktikan.
”Oke, prajurit. Kumpulkan semua prajurit, kita rapat sekarang juga,” perintah Raja.
Beberapa menit kemudian, semua prajurit berkumpul.
”Para prajurit, Pangeran LA telah diculik tadi pagi. Sekarang saya perintahkan kalian mencari siapa yang menculik pangeran. Kalian harus membawa pulang pangeran dengan keadaan utuh, sehat. Mengerti!” pinta raja.
”Siap Baginda,” jawab para prajurit.
Para prajurit telah berangkat untuk mencari Pangeran. Baginda merasa sedih. Pangeran adalah satu-satunya keturunan dari kerajaan Rokok dan dialah yang akan meneruskan kepemimpinan ini. Sambil mengelilingi kamar pangeran, raja menemukan sepucuk surat di meja kamar pangeran. Di surat tertulis:
Raja ARDATH, anakmu kami culik karena dia telah merebut hati anak muda di daerah kami. Karena itu, kami sekap dia. Kami tidak suka ada orang yang merebut wilayah kami. Kami akan mengembalikan LA kalau warga sudah mihak kami kembali.
DJI, SAM, SOE.
”Kurang ajar, ternyata DJI, SAM, SOE yang melakukan ini semua. Bedebah. Awas kalian jika ketangkap, nggak akan aku ampuni kalian,” batin Raja dengan kemarahannya.
Pangeran diculik oleh DJI, SAM, SOE dan disekap di GUDANG GARAM. Dia juga dipukuli dengan RETJO PENTUNG karena dia telah merugikan DJI, SAM, SOE. Pangeran LA dihajar sampai BENTOEL BIRU di muka dan beberapa bagian tubuhnya.
Untung tak dapat ditolak, rugi tak dapat dicari. Itulah pepatah yang tepat buat pangeran.
Malam itu, ketika DJI, SAM, SOE kelelahan, ada seorang warga yang pemberani. Dia adalah salah satu warga yang begitu hormat pada kepemimpinan Kerajaan Rokok. Dialah MARLBORO. Pangeran diselamatkan oleh MARLBORO dan dibawa lari dari GUDANG GARAM tempat LA disekap. Karena tempat itu jauh dari kerajaan dan melihat pangeran kesakitan, akhirnya MARLBORO membawa LA ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan yang intensif. Di rumah sakit, dia disuntik dengan DJARUM SUPER. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, barulah pangeran sadar. Dia tidak menyadari kalau dia berada di rumah sakit.
”Pagi, pangeran. Udah beberapa hari Pangeran nggak siuman. Alhamdulillah sekarang sudah sadarkan diri,” jelas MARLBORO.
”Aku di mana, aku?” tanya laki-laki tak berdaya itu.
”Pangeran sekarang berada di rumah sakit yang jauh dari Kerajaan Rokok,” jawab MARLBORO.
”Kamu siapa?” tanya LA dengan keadaan yang lebih baik.
”Saya MARLBORO, Pangeran. Saya keponakan SEJATI, prajurit Kerajaan Rokok. Beberapa hari yang lalu saya mendengar berita kalau pangeran dari Kerajaan Rokok telah diculik oleh DJI, SAM, SOE. Lalu, Raja ARDATH menyuruh semua prajurit untuk mencari pangeran. Karena prajurit tidak bisa menemukan pangeran, akhirnya baginda raja membuka sayembara: jika ada yang dapat menemukan pangeran dalam keadaan sehat, maka apabila laki-laki akan diangkat menjadi saudara pangeran dan apabila perempuan akan dijadikan istri pangeran. Karena itu, saya nggak berani mengatakana pada raja kalau pangeran telah saya selamatkan. Tapi, maaf Pangeran LA, saya tidak menginginkan imbalan apa-apa, benar. Saya tulus, ikhlas menolong pangeran. Raja sudah sangat baik pada keluarga saya. Raja juga telah membebaskan paman saya, SEJATI, yang mana telah berkhianat mencuri di kerajaan. Sebagai keponakannya, saya sangat berterima kasih Pangeran,” jelas MARLBORO.
”Ya ampun, MARLBORO, malah saya yang mesti berterima kasih banyak. Kamu telah menyelamatkan nyawa saya. Baginda Raja pasti senang karena anandanya masih hidup,” ungkap LA.
”Maaf Pangeran, apa perlu saya mengabari raja tentang keberadaan Pangeran?” tanya anak muda yang jujur dan baik hati itu.
”Tidak usah, setelah aku benar-benar pulih aja kamu antar aku ke Kerajaan Rokok. Aku yakin ayahanda orangnya tegar, siap menghadapi cobaan apa pun. Ayahanda pasti merasa yakin kalau anaknya masih hidup. Aku tau benar sifat Beliau,” jelas keturunan satu-satunya dari Raja ARDATH.
”Baiklah, Pangeran, saya menuruti permintaan Pangeran,” jawab MARLBORO.
Akhirnya, Pangeran sembuh dari sakitnya. Dia kelihatan lebih sehat dan tambah SAMPOERNA. Karena beberapa hari di rumah sakit, dia telah belajar beberapa ilmu dari MARLBORO yang belum dia dapatkan di kerajaan. Akhirnya, mereka berdua menjadi saudara yang tangguh dan SAMPOERNA.
Penulis:Ratna D. Kartikasari
Sebuah kota terpencil di Indonesia terdapat suatu kerajaan yang membuat orang takluk pada kenikmatan yang diberikan. Ada yang cinta mati padanya. Ada yang berani berkorban apa aja demi dia. Ada yang mau melalukan apa aja untuknya. Sungguh, keberadaannya tak dapat digantikan oleh yang lain apabila sudah melekat di hati. Kerajaan Rokok, itulah namanya.
Kerajaan Rokok ini dipimpim seorang raja yang bernama ARDATH, seorang raja yang hebat. Dia dapat membuat warga untuk memilihnya menjadi Raja yang diagung-agungkan, dijunjung tinggi kehormatannya, dan disenangi oleh orang-orang serta masyarakat umum. Dia mempunyai seorang anak bernama LA. Pangeran LA begitu cakep, funky, dan memikat hati banyak orang. Di mana pun dia berada, pasti orang-orang pada melihatnya dan ingin memilikinya. Bahkan, dia pernah diperebutkan oleh orang karena keindahan yang ada pada dirinya.
Pagi itu ketika sang SURYA muncul, LA bangun dari tidurnya. Dia mandi dengan kehangatan air yang disediakan oleh pegawai kerajaan yang sangat menurut dan hormat padanya. Selesai mandi, dia dipanggil Raja, ARDATH di ruang tengah. Kerjaan Rokok akan mengadakan sidang terhadap seorang prajurit yang telah berkhianat pada Raja ARDATH.
”Hormat Baginda Raja,” sapa LA pada Raja yang tidak lain adalah ayahnya sendiri.
”LA, anakku, ayo duduk di sini, dekat Ayah,” pinta Raja ARDATH.
”Raja, apa sidang sudah akan dimulai? Di mana prajurit yang berkhianat itu?
”Sabar Ananda, dia akan dibawa ke sini oleh prajurit. Mereka masih menjemputnya di sel tahanan, bawah tanah,” jelas Raja sambil duduk di kursi Raja yang megah penuh dengan emas di sekeliling kursi.
Dengan dua prajurit dan tangan diborgol, sang pengkhianat menghadap Baginda Raja.
”Kamu, SEJATI. Kenapa kamu melakukan ini padaku. Rajamu telah membantu keluargamu dari kemiskinan. Apa yang membuatmu hingga berkhianat kepadaku?” bentak Raja pada SEJATI.
”Maaf, Raja. Saya khilaf waktu itu. Saya berjanji nggak akan melakukan perbuatan itu lagi, ampunilah hamba dan jangan sakiti keluarga hamba, wahai Raja,” mohon SEJATI pada Raja.
Oke! LA, bagaimana menurutmu? Apa yang mesti Raja perbuat untuk dia?
”Baginda Raja, menurut Ananda, kita beri dia kesempatan untuk memperbaiki diri. Selama ini dia sudah berbakti pada kerjaan Rokok. Dia hanya mencuri beberapa perhiasan saja untuk menghidupi keluarganya yang sangat rakus. Dia baik tidak seperti keluarganya yang lain,” jelas LA.
”Terus apa yang mesti kita lakukan untuknya?” tanya Raja.
”Kita suruh aja dia ikut LA membagikan bekal ke warga seberang,” tambah LA.
”OK! Cemerlang sekali idemu Ananda,” ungkap Raja.
”SEJATI, besok pagi kamu ikut Pangeran LA untuk membagikan beberapa bekal ke warga. Kamu yang bertanggung jawab atas pembagian bekal ini. Kamu harus berbuat adil,” jelas ARDATH.
’Terima kasih banyak Baginda Raja. Terima kasih Pangeran LA. Untuk menebus kesalahan hamba, hamba akan mengemban amanat Raja dengan baik,” jawab SEJATI.
”Baiklah, sidang selesai. Para prajurit, diharap kembali ke tempat kerja masing-masing,” pinta Pangeran LA.
Keesokan harinya, sebelum sang SURYA muncul, raja menemui pangeran untuk memberikan beberapa pesan yang mesti diingat oleh Pangeran LA.
”Ananda, Baginda mau ngomong, buka pintunya?” panggil Raja.
Maklum, Pangeran kalau tidur nggak mau ditemani oleh siapa-siapa. Bahkan dijaga pengawal pun dia tidak mau. Malah, pengawalnya disuruh tidur di kamarnya masing-masing.
”Pangeran...Pangeran...,” panggil Raja ARDATH sambil mengetuk pintu.
Berkali-kali raja memanggil, tapi tidak ada jawaban darinya. Raja curiga. Pasti ada sesuatu yang sedang terjadi. Baginda membuka pintu kamar LA dengan bantuan beberapa prajurit yang bertugas menjaga pangeran.
Bruk...
”Astaga, Pangeran nggak ada di tempatnya,” ucap raja.
”Prajurit, cepat cari pangeran ke semua lokasi, ruang, lorong kerajaan. Siapa tau pangeran keluar jalan-jalan,” perintah Raja.
”Baik Baginda raja,” jawab beberapa prajurit.
Para prajurit kerajaan mencari pangeran ke semua tempat di kerajaan ini. Namun, mereka tak menemukan pangeran.
”Lapor Baginda, pangeran tidak ketemu. Kami sudah mencarinya ke semua lokasi kerajaan,” lapor prajurit.
”Eh, nanti dulu. Coba kalian lihat SEJATI, apa dia masih di dalam sel tahanan. Jangan-jangan dia yang melakukan hal ini. Dia yang menculik Pangeran,” pinta Raja.
”Siap Baginda,” jawab prajurit.
Setelah dilihat di sel tahanan, ternyata SEJATI masih di dalam sel dan masih tidur nyenyak. Dugaan Raja terhadap SEJATI yang dikira menculik LA tidak dapat dibuktikan.
”Oke, prajurit. Kumpulkan semua prajurit, kita rapat sekarang juga,” perintah Raja.
Beberapa menit kemudian, semua prajurit berkumpul.
”Para prajurit, Pangeran LA telah diculik tadi pagi. Sekarang saya perintahkan kalian mencari siapa yang menculik pangeran. Kalian harus membawa pulang pangeran dengan keadaan utuh, sehat. Mengerti!” pinta raja.
”Siap Baginda,” jawab para prajurit.
Para prajurit telah berangkat untuk mencari Pangeran. Baginda merasa sedih. Pangeran adalah satu-satunya keturunan dari kerajaan Rokok dan dialah yang akan meneruskan kepemimpinan ini. Sambil mengelilingi kamar pangeran, raja menemukan sepucuk surat di meja kamar pangeran. Di surat tertulis:
Raja ARDATH, anakmu kami culik karena dia telah merebut hati anak muda di daerah kami. Karena itu, kami sekap dia. Kami tidak suka ada orang yang merebut wilayah kami. Kami akan mengembalikan LA kalau warga sudah mihak kami kembali.
DJI, SAM, SOE.
”Kurang ajar, ternyata DJI, SAM, SOE yang melakukan ini semua. Bedebah. Awas kalian jika ketangkap, nggak akan aku ampuni kalian,” batin Raja dengan kemarahannya.
Pangeran diculik oleh DJI, SAM, SOE dan disekap di GUDANG GARAM. Dia juga dipukuli dengan RETJO PENTUNG karena dia telah merugikan DJI, SAM, SOE. Pangeran LA dihajar sampai BENTOEL BIRU di muka dan beberapa bagian tubuhnya.
Untung tak dapat ditolak, rugi tak dapat dicari. Itulah pepatah yang tepat buat pangeran.
Malam itu, ketika DJI, SAM, SOE kelelahan, ada seorang warga yang pemberani. Dia adalah salah satu warga yang begitu hormat pada kepemimpinan Kerajaan Rokok. Dialah MARLBORO. Pangeran diselamatkan oleh MARLBORO dan dibawa lari dari GUDANG GARAM tempat LA disekap. Karena tempat itu jauh dari kerajaan dan melihat pangeran kesakitan, akhirnya MARLBORO membawa LA ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan yang intensif. Di rumah sakit, dia disuntik dengan DJARUM SUPER. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, barulah pangeran sadar. Dia tidak menyadari kalau dia berada di rumah sakit.
”Pagi, pangeran. Udah beberapa hari Pangeran nggak siuman. Alhamdulillah sekarang sudah sadarkan diri,” jelas MARLBORO.
”Aku di mana, aku?” tanya laki-laki tak berdaya itu.
”Pangeran sekarang berada di rumah sakit yang jauh dari Kerajaan Rokok,” jawab MARLBORO.
”Kamu siapa?” tanya LA dengan keadaan yang lebih baik.
”Saya MARLBORO, Pangeran. Saya keponakan SEJATI, prajurit Kerajaan Rokok. Beberapa hari yang lalu saya mendengar berita kalau pangeran dari Kerajaan Rokok telah diculik oleh DJI, SAM, SOE. Lalu, Raja ARDATH menyuruh semua prajurit untuk mencari pangeran. Karena prajurit tidak bisa menemukan pangeran, akhirnya baginda raja membuka sayembara: jika ada yang dapat menemukan pangeran dalam keadaan sehat, maka apabila laki-laki akan diangkat menjadi saudara pangeran dan apabila perempuan akan dijadikan istri pangeran. Karena itu, saya nggak berani mengatakana pada raja kalau pangeran telah saya selamatkan. Tapi, maaf Pangeran LA, saya tidak menginginkan imbalan apa-apa, benar. Saya tulus, ikhlas menolong pangeran. Raja sudah sangat baik pada keluarga saya. Raja juga telah membebaskan paman saya, SEJATI, yang mana telah berkhianat mencuri di kerajaan. Sebagai keponakannya, saya sangat berterima kasih Pangeran,” jelas MARLBORO.
”Ya ampun, MARLBORO, malah saya yang mesti berterima kasih banyak. Kamu telah menyelamatkan nyawa saya. Baginda Raja pasti senang karena anandanya masih hidup,” ungkap LA.
”Maaf Pangeran, apa perlu saya mengabari raja tentang keberadaan Pangeran?” tanya anak muda yang jujur dan baik hati itu.
”Tidak usah, setelah aku benar-benar pulih aja kamu antar aku ke Kerajaan Rokok. Aku yakin ayahanda orangnya tegar, siap menghadapi cobaan apa pun. Ayahanda pasti merasa yakin kalau anaknya masih hidup. Aku tau benar sifat Beliau,” jelas keturunan satu-satunya dari Raja ARDATH.
”Baiklah, Pangeran, saya menuruti permintaan Pangeran,” jawab MARLBORO.
Akhirnya, Pangeran sembuh dari sakitnya. Dia kelihatan lebih sehat dan tambah SAMPOERNA. Karena beberapa hari di rumah sakit, dia telah belajar beberapa ilmu dari MARLBORO yang belum dia dapatkan di kerajaan. Akhirnya, mereka berdua menjadi saudara yang tangguh dan SAMPOERNA.
Penulis:Ratna D. Kartikasari
PUISI-ku
Pohon Sejati!
Tubuh tinggi coklat
Rusuk bercabang
Kulit tipis yang melekat
Mengelupas, lepas, terbang
Daun-daun nan hijau
Bunga kecil menyatu
Dihinggapi burung, berkicau
Wahai hijau,
Siapakah engkau?
Panas terik tak mengapa
Kau tetap berdiri tegak
Walau kerabatmu tak berada
Dirimu tetap terjaga
Serangga berjalan
Menggerogoti sukma
Membuat diri ternganga
Bertanya...
Siapakah engkau?
by.Ratna D. Kartikasari
Tubuh tinggi coklat
Rusuk bercabang
Kulit tipis yang melekat
Mengelupas, lepas, terbang
Daun-daun nan hijau
Bunga kecil menyatu
Dihinggapi burung, berkicau
Wahai hijau,
Siapakah engkau?
Panas terik tak mengapa
Kau tetap berdiri tegak
Walau kerabatmu tak berada
Dirimu tetap terjaga
Serangga berjalan
Menggerogoti sukma
Membuat diri ternganga
Bertanya...
Siapakah engkau?
by.Ratna D. Kartikasari
Langganan:
Postingan (Atom)